Kamis, 23 November 2017

Daftar Peraturan Daerah tentang Penyandang Disabilitas

Peraturan daerah tentang penyandang disabilitas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota*: 
 
  1. Perda Kota Padang No. 3 Tahun 2015 tentang Pemenuhan dan Perlindungan Hak-hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Sumatera Barat
  2. Perda No. 9 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Bali
  3. Perda Kabupaten Manggarai No. 6 Tahun 2015 tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas, Provinsi Nusa Tenggara Timur
  4. Perda No. 11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Provinsi Jawa Tengah

Senin, 30 September 2013

Perjanjian Marrakesh, angin segar pagi penyandang disabilitas netra

The Marrakesh Treaty to Facilitate Access to Published Works for Persons who are Blind, Visually Impaired, or otherwise Print Disabled

Perjanjian Marrakesh disetujui pada tanggal 27 Juni 2013 setelah lebih dari seminggu diperdebatkan dengan sengit oleh para perunding yang bertemu di bawah naungan World Intellectual Property Organization (WIPO), yang merupakan puncak dari tahun kerja peningkatan akses bagi penyandang disabilitas netra untuk menerbitkan karya dalam format seperti Braille, buku cetak dengan teks besar dan buku audio.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat lebih dari 314 juta penyandang disabilitas netra di dunia, 90 persen di antaranya tinggal di negara berkembang. World Blind Union memperkirakan bahwa dari sejuta buku yang diterbitkan di seluruh dunia setiap tahun, kurang dari 5 (lima) persen yang dibuat dalam format yang dapat diakses penyandang disabilitas netra.

Senin, 16 September 2013

Principles of Recovery Oriented Mental Health Practice

From the perspective of the individual with mental illness, recovery means gaining and retaining hope, understanding of ones abilities and disabilities, engagement in an active life, personal autonomy, social identity, meaning and purpose in life, and a positive sense of self. It is important to remember that recovery is not synonymous with cure. Recovery refers to both internal conditions experienced by persons who describe themselves as being in recovery—hope, healing, empowerment and connection—and external conditions that facilitate recovery—implementation of human rights, a positive culture of healing, and recovery-oriented  services. (Jacobson and Greenley, 2001 p. 482)

The purpose of principles of recovery oriented mental health practice is to ensure that mental health services are being delivered in a way that supports the recovery of mental health consumers.

Tools and Open Ended Learning Environments

Oleh: Santi Utami Dewi

A. Pendahuluan

Bab ini akan berbeda dengan bab-bab metodologi sebelumnya, dilihat dari tiga aspek. Pertama, jenis software yang didiskusikan dalam bab ini lebih variatif dan lebih sulit untuk pelabelannya dibanding metodologi-metodologi sebelumnya. Walaupun ada beberapa kesamaan dengan simulasi, games, atau hipermedia, tetapi tetap lebih sulit untuk diklasifikasikan. Beberapa mempunyai tujuan khusus, seperti untuk pembelajaran geometri, sedangkan yang lainnya mempunyai tujuan yang sangat umum, seperti untuk membantu dalam pembelajaran atau penulisan. Beberapa lainnya khusus untuk tujuan pendidikan; yang lainnya lebih umum, seperti spreadsheet dan dapat diadaptasi untuk digunakan dalam lingkungan pembelajaran.

Kedua, kebanyakan tipe software yang didiskusikan dalam bab ini merefleksikan sebuah pendekatan belajar mengajar yang lebih konstruktivis. Program-programnya menekankan pada pembelajaran dengan pencarian, eksplorasi, membangun sesuatu (membuat benda), menciptakan model, menyelesaikan masalah-masalah yang komplek, dan dengan pengajaran sesuatu terhadap pembelajar komputer dan lainnya.

Ketiga, kami tidak mendaftar dan menganalisa faktor-faktor peralatan dan lingkungan belajar open-ended, sebagaimana yang kami lakukan terhadap metodologi lainnya. Mereka terlalu bervariasi untuk menjadi sebuah kemungkinan. Paling banyak, diaplikasikan faktor-faktor umum yang didiskusikan di bab 3, fokus terhadap desain layar, desain motivasi, dan sebagainya.

Laporan Field Trip Republika On Line

Oleh: Santi Utami Dewi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman et al., 2006: 6). Sedangkan belajar adalah suatu proses yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dari bayi sampai ke liang lahat nanti.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan disampaikan adalah isi ajaran atau didikan. Sumber pesannya bisa guru, penulis, atau produser media. Salurannya adalah media pembelajaran/pendidikan dan penerima pesannya adalah bisa siswa, guru, atau masyarakat secara umum.

Media pembelajaran mempunyai peran yang strategis dalam menentukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Kesalahan dalam pemilihan media akan berakibat pada tidak sampainya pesan yang disampaikan melalui pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, peran media pembelajaran sebagai alat komunikasi dari pemberi pesan kepada penerima pesan, sangat ditentukan oleh karakteristik media pembelajaran itu sendiri.

Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Secara garis besar, media pembelajaran dibagi atas tiga macam, yaitu: (1) media visual, (2) media audio, dan (3) media audio visual (Anitah, 2010: 2). Tetapi seringkali kita mendengar istilah multimedia. Multimedia diartikan sebagai penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun simultan untuk menyajikan suatu informasi. Multimedia saat ini sinonim dengan format computer-based yang mengombinasikan teks, grafis, audio, bahkan video ke dalam satu penyajian digital tunggal dan koheren (Anitah, 2010: 57).

Kemajuan teknologi pun berpengaruh terhadap pemilihan dan pengembangan media pembelajaran. Seiring dengan munculnya teknologi-teknologi baru, maka pemilihan dan pengembangan media pembelajaran pun semakin beragam. Namun teknologi baru tidak selalu baru; tergantung kepada perkembangan teknologi sebelumnya dan aplikasinya (Burton, 2005: 198).

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran adalah jangkauan media itu sendiri terhadap sasaran warga belajar. Dengan menggunakan multimedia yang menggunakan teknologi internet, jangkauan menjadi lebih luas. Hal ini sangat berguna sekali untuk mencapai warga belajar yang tersebar luas di berbagai tempat.

Web yang merupakan bagian dari internet, merupakan sebuah alat dan metode dalam penyampaian materi pembelajaran dan instruksi. (Alessi and Trolip, 2001: 372). Lebih tepatnya, web merupakan metodologi untuk pengembangan lingkungan belajar, yang didesain dengan menggunakan metodologi hipermedia yang merupakan metodologi untuk lingkungan pembelajaran konstruktivis.

Media massa online adalah salah satu alternatif media pembelajaran bagi masyarakat yang mampu menjangkau warga belajar yang tersebar di berbagai tempat. Salah satu media massa online yang ada di Indonesia adalah Republika On Line.

Untuk memperdalam pengetahuan mengenai media pembelajaran, maka pada tanggal 1 Desember 2010, penulis beserta mahasiswa peserta mata kuliah Media Pembelajaran lainnya melakukan kunjungan ke kantor redaksi Republika On Line sebagai salah satu media massa yang digunakan sebagai media pembelajaran multimedia berbasis web dan hipermedia bagi masyarakat luas.